BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Kita
mengetahui bahwa ilmu Psikologi memiliki 3 aliran besar yaitu Psikoanalisa,
Behaviorisme dan Humanistik. Masing- masing dari aliran tersebut memiliki sudut
pandang yang berbeda-beda dalam melihat permasalahan-permasalahan pada manusia
maupun pribadi manusia itu sendiri. Seperti Psikoanalisa yang berorientasi pada
masa lalu seseorang dan dorongan-dorongan dari dalam diri untuk melihat
permasalahan yang dihadapi manusia. Ada pula Behaviorisme yang melihat bahwa
perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar dan pengaruh lingkungan.
dan juga Humanistik yang melihat manusia dari potensi-potensi yang dimiliki
serta aktualisasi diri, memandang manusia dari sisi positif sehingga sering
juga dikenal dengan Psikologi Positif. Karena itu pula aliran Humanistik
berbeda dengan kedua aliran lainnya yang lebih melihat manusia dari sisi negatif.
Disini yang akan saya bahas adalah mengenai aliran Humanistik tersebut.
- Rumusan Masalah
1.
Teori-teori dari Erick Fromm, Abraham
Maslow dan Carl Rogers
2.
Contoh kasus dari teori-teori Erick
Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
- Tujuan
1.
Mengetahui dan memahami teori dari Erick
Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
2.
Mengetahui contoh kasus dari teori Erick
Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
BAB II
PEMBAHASAN
Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Selama ini yang kita ketahui bidang psikologi selalu menghadapi
hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya penyebab orang
mengalami gangguan jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress, dan lain-lain.
Yang selalu berhubungan dengan sisi negatif seseorang. Tetapi terdapat aliran
dalam Psikologi yang disebut Humanistik atau Psikologi Positif yang lebih
menekankan apa yang benar atau baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah
atau buruk. Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan
psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas
mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah
Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah
satu tokoh dari aliran ini yaitu Abraham Maslow mengkritik Freud dengan
mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya
meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Psikologi positif
berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia, kebaikan, humor,
cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Beberapa Psikolog Humanistik,
seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick Fromm mengembangkan teori dan
praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia. Baru-baru ini teori yang
dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah menemukan dukungan empiris
dari studi oleh para psikolog positif, meskipun penelitian ini telah banyak
dikritik.
Erich Fromm
Erich Fromm lahir di
Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan
sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Menurut Fromm
kepribadian sebagai yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang
mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan
historis yang telah mempengaruhi perkembangan spesies manusia. Fromm menulis,
“Kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan
masyarakat di mana kita hidup”. Karena kekuatan-kekuatan sosial dan kultural
begitu penting, Fromm percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat (masa
lampau dan sekarang) supaya memahami struktur anggota-anggota individu dalam
masyarakat itu. Jadi kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah
kepribadian manusia. Sebagaimana halnya kebudayaan, maka akan demikian juga
halnya individu. Apakah sebagian kepribadian itu sehat atau tidak sehat
tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan
perkembangan manusia yang positif. Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang
berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan :
a) Hubungan
Manusia
menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita
mengetahui bahwa kita masing-masing terpisah sendirian, dan tak berdaya.
Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain,
kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan
ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan
kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat
penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan.
Beberapa cara adalah destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya
konstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan
bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu
yang ideal, seperti Tuhan. Dengan menundukan diri, orang tidak lagi sendirian,
tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada
dirinya sendiri. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan
dengan dunia dengan menguasainya, dengan memaksa orang-orang lain tunduk
kepadanya. Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia adalah melalui cinta.
Cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan sesuatu perasaan
integritas dan individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata
dalam pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak,
cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, solidaritas
dengan semua orang dan mencintai mereka.
b) Trasendensi
Erat
hubungannya dengan kebutuhan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi
atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat
kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan,
manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk
yang aktif dari kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan
menciptakan (anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia
mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai
suatu perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau
sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh
manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila
seseorang tidak mampu menjadi kreatif, kebutuhan akan transendensi harus
dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara
yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah
destruktivitas. Destruktivitas, misalnya kreativitas, merupakan suatu
keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki
seseorang, yakni menciptakan atau membinasakannya, mencintai atau membenci,
tidak ada cara-cara lain untuk mencapai transendensi. Destruktivitas dan
kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi,
kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
c) Berakar
Cara
yang ideal adalah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat
manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam
masyarakat. Perasaan solidaritas dengan orang-orang lain ini memuaskan
kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi dan berhubungan dengan dunia. Cara
yang tidak sehat untuk berakar ialah dengan memelihara ikatan-ikatan sumbang
masa kanak-kanak dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah
sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang teguh pada keamanan
ikatan-ikatan keibuan. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui hubungan
anak-ibu dan memasukan seluruh kelompok keluarga. Dengan mepertahankan
ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup
pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk
beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan
partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk
kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang
merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusiaan yang
terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.
d) Perasaan
identitas
Manusia
juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu
identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal
perasannya tentang dia, siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan
kebutuhan ini adalah individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu
perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing
mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada
bagaimana kita berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku,
atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang
baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri,
dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan cara ini,
identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan
berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma,
nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar
menemukan semacam identitas.
e) Kerangka
orientasi
Dasar
yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan
seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis yang objektif tentang
dunia. Yang terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia
(termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan
tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan
ketakutan-ketakutan orang sendiri. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif
tentang kenyataan. Semakin objektif persepsi kita, semakin juga kita
berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin matang dan semakin tangkas pula kita
dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam
semua segi kehidupan. Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka
orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal ini, meyangkut suatu pandangan
subjektif tentang dunia, peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman dilihat
tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya.
Tentu saja, suatu kerangka subjektif juga memberikan suatu gambaran dunia.
Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan khayalan tetapi tetap riil bagi
individu yang mempertahankannya.
Abraham Maslow
Abraham
Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908.
Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak
mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang
kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya
adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni
oleh non Yahudi.
Abraham
Maslow mulai mengenalkan psikologi humanistik sebagai sesuatu yang besar yang
lebih penting daripada teori yang dibuatnya. Abraham Maslow mengatakan bahwa di
dalam diri individu ada dua hal:
- Suatu usaha yang positif untuk
berkembang
- Kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa
individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirearki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti
kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Maslow mengembangkan
gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hirearki kebutuhan:
a) Kebutuhan
fisiologis, Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula,
kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini juga, termasuk kebutuhan
untuk menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan juga, ada kebutuhan
untuk aktif, istirahat, tidur, untuk melepaskan diri dari yang tidak dibutuhkan
( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), untuk menjaga agar tidak sakit dan
untuk memenuhi seks.
b) Kebutuhan
rasa aman, Kalau kebutuhan fisiologis sudah diperhatikan, barulah lapisan
kebutuhan kedua ini muncul. Anda akan semakin ingin menemukan situasi dan
kondisi yang aman, stabil dan terlindung. Anda perlahan-lahan akan menginginkan
struktur dan tatanan. Sebaliknya, jika kebutuhan lapisan kedua ini dilihat
secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan pada persoalan lapar dan
haus, tapi pada rasa takut dan kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa di
amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam keinginan mereka yang sangat kuat
untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yang aman,
perencanaan masa pension yang matang, asuransi, dan lain sebagainya.
c) Kebutuhan
cinta dan rindu (kebutuhan untuk dimiliki atau memiliki), Ketika kebutuhan
fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun muncul.
Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan berdasarkan
perasaan lainnya. Dilihat secara negatif, anda akan semakin mencemaskan
kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini dapat
berbentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari satu
kelompok atau masyarakat.
d) Kebutuhan harga diri, Setelah itu kita
akan mencari harga diri. Maslow mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan
terhadap harga diri ini, yaitu bentuk yang lemah dan yang kuat. Bentuk yang
lemah adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan terhadap
status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi.
Sementara yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi,
kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih kuat karena
sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan
penghargaan orang lain. Bentuk negatif dari kebutuhan akan harga diri ini
adalah rendah diri dan kompleks inferioritas. Maslow membenarkan Adler ketika
mengatakan bahwa masalah inlah yang menjadi dasar masalah-masalah psikologis.
Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan
fisiologis dan rasa aman. Sering orang tidak terlalu memedulikan kebutuhan
mereka akan cinta dan kerinduan.
e) Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi manusia memiliki keinginan yang kuat
untuk mengetahui, memahami buka saja tentang dirinya, tetapi juga diluar
dirinya, aktualisasi diri. Tingkat terakhir ini agak sedikit berbeda dengan
empat tingkat sebelumnya. Maslow menyebut tingkat ini dengan istilah
berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai lawan dari motivasi devisit),
kebutuhan-kebutuhan untuk ada (being-needs) atau B-Needs (sebagai lawan dari
D-Needs). B-Needs adalah kebutuhan untuk aktualisasi-diri. Kebutuhan-kebutuhan
aktualisasi diri ini tidak memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali
diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat
untuk terus-menerus mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk “menjadi
apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yang
sempurna, menjadi “Anda” yang sebenarnya. Oleh karena itulah kebutuhan ini
disebut aktualisasi-diri.
Carl Rogers
Carl
Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.
Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers
dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan
fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin
yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku
dari yang bukan aku. Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Di dalam
self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah
diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada
pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan
timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan
ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat
adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu
jauh. Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang
sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan
fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi
pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai
dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat
kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai
dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.
Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan,
jujur, baik hari, dan menarik”.
Peranan
positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap,
dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positif
regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan,
penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need
for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat).
Lima sifat khas orang
yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
a) Keterbukaan
pada pengalaman
Orang
yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan
mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b) Kehidupan
eksistensial
Kualitas
dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c) Kepercayaan
terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman
akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi
dari suatu situasi dengan sangat baik.
d) Perasaan
bebas
Orang
yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan
-paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.
Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak
pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e) Kreativitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah
laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai
respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Rogers menegaskan bahwa
secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan
luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang
berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan
udara), kebutuhan mengembangkan dan merinci fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan
dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang
tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah
laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Rogers menggambarkan 5
ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk
mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential
living);
3) keyakinan organismik
(organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan
(experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Contoh Kasus :
1.
Erick Fromm
Doni
sangat menuruti perkataan orangtuanya karena mereka sangat otoriter. Sejak
kecil Doni mengikuti semua perintah dan arahan orangtuanya mulai dari hal kecil
seperti pemilihan teman sampai pemilihan sekolah. Hingga pada saat memilih
jurusan kuliah Doni mengalami kebingungan karena orangtuanya ingin dia menjadi
dokter sedangkan Doni ingin menjadi arsitek. Saat itulah Doni menemukan
keberanian dan jati dirinya dan menjelaskan keinginannya untuk menjadi arsitek
kepada orangtuanya sehingga orangtuanya pun mengerti dan mengizinkan Doni
mengambil jurusan yang disukainya. Doni pun lulus sarjana dalam waktu 4 tahun
dan menjadi seorang arsitek yang handal dan terkenal.
2.
Abraham Maslow
Dina
merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara. Kakak-kakaknya sudah menikah dan
tidak tinggal dengannya, dirumah dia hanya bersama ibunya karena ayahnya sudah
tiada. Suatu hari dia bertemu Dito ditempat kerjanya, Dina merasa nyama saat
bersama dengan Dito dan merasa mendapatkan kasih sayang yang belum pernah dia
rasakan sebelumnya. Dina pun ingin menikah dengan Dito karena merasa sudah
cocok serta umur Dina yang sudah menginjak 30 tahun sehingga harus segera
memiliki anak karena jika ditunda maka kehamilan menjadi beresiko. Dan juga
Dito yang ingin memenuhi kebutuhan biologisnya dan ingin membangun sebuah
keluarga. Setelah berdiskusi dengan Dito dan keluarga maka mereka pun menikah.
3.
Carl Rogers
Jean
adalah orang yang sangat terbuka. Dia selalu menerima masukan-masukan dari
orang lain serta informasi-informasi yang bagus. Jean dianggap supel oleh
teman-temannya karena dia mudah bergaul dan beradaptasi baik dengan lingkungan
sekitarnya maupun dengan berbagai macam tipe orang disekitarnya. Meskipun dia
pernah tidak jadi di promosikan untuk naik jabatan tetapi dia tidak putus ada
dan tetap optimis dan berusaha lebih baik lagi.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulannya
adalah bahwa teori-teori dari ketiga tokoh aliran Humanistik diatas berusaha
untuk membuka cara pandang masyarakat terhadap diri mereka masing-masing dan
lebih melihat diri mereka dari sisi positif yang memiliki potensi-potensi yang
perlu dikembangkan dibanding hanya melihat masa lalu ataupun melihat
masalah-masalah dalam hidup saja.
Setelah
kita mengetahui bahwa terdapat aliran
lain dalam Psikologi yang lebih memandang manusia dari segi positif, alangkah
baiknya kita mulai untuk melihat diri sendiri sebagai manusia yang memiliki potensi-potensi
dan merupakan pribadi yang perlu untuk dikembangkan terutama kearah positif dan
menuju ke aktualisasi diri. Dibandingkan kita hanya melihat manusia dari sisi
negatif seperti masalah-masalah, stress, depresi dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Feist,
Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 1, Edisi 7).
Jakarta : Salemba Humanika
Feist,
Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 2, Edisi 7).
Jakarta : Salemba Humanika
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html
No comments:
Post a Comment