Pages

Wednesday 1 May 2013

TUGAS 2 - KESEHATAN MENTAL


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa ilmu Psikologi memiliki 3 aliran besar yaitu Psikoanalisa, Behaviorisme dan Humanistik. Masing- masing dari aliran tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat permasalahan-permasalahan pada manusia maupun pribadi manusia itu sendiri. Seperti Psikoanalisa yang berorientasi pada masa lalu seseorang dan dorongan-dorongan dari dalam diri untuk melihat permasalahan yang dihadapi manusia. Ada pula Behaviorisme yang melihat bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar dan pengaruh lingkungan. dan juga Humanistik yang melihat manusia dari potensi-potensi yang dimiliki serta aktualisasi diri, memandang manusia dari sisi positif sehingga sering juga dikenal dengan Psikologi Positif. Karena itu pula aliran Humanistik berbeda dengan kedua aliran lainnya yang lebih melihat manusia dari sisi negatif. Disini yang akan saya bahas adalah mengenai aliran Humanistik tersebut.
  1. Rumusan Masalah
1.                  Teori-teori dari Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
2.                  Contoh kasus dari teori-teori Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
  1. Tujuan
1.                  Mengetahui dan memahami teori dari Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
2.                  Mengetahui contoh kasus dari teori Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers

BAB II
PEMBAHASAN

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini yang kita ketahui bidang psikologi selalu menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya penyebab orang mengalami gangguan jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress, dan lain-lain. Yang selalu berhubungan dengan sisi negatif seseorang. Tetapi terdapat aliran dalam Psikologi yang disebut Humanistik atau Psikologi Positif yang lebih menekankan apa yang benar atau baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah atau buruk. Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah satu tokoh dari aliran ini yaitu Abraham Maslow mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia, kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick Fromm mengembangkan teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia. Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun penelitian ini telah banyak dikritik.
Erich Fromm
Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Menurut Fromm kepribadian sebagai yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi perkembangan spesies manusia. Fromm menulis, “Kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan masyarakat di mana kita hidup”. Karena kekuatan-kekuatan sosial dan kultural begitu penting, Fromm percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat (masa lampau dan sekarang) supaya memahami struktur anggota-anggota individu dalam masyarakat itu. Jadi kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah kepribadian manusia. Sebagaimana halnya kebudayaan, maka akan demikian juga halnya individu. Apakah sebagian kepribadian itu sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif. Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan :
a)      Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita mengetahui bahwa kita masing-masing terpisah sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan. Beberapa cara adalah destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya konstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Dengan menundukan diri, orang tidak lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya, dengan memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya. Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia adalah melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan sesuatu perasaan integritas dan individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak, cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
b)      Trasendensi
Erat hubungannya dengan kebutuhan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila seseorang tidak mampu menjadi kreatif, kebutuhan akan transendensi harus dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah destruktivitas. Destruktivitas, misalnya kreativitas, merupakan suatu keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki seseorang, yakni menciptakan atau membinasakannya, mencintai atau membenci, tidak ada cara-cara lain untuk mencapai transendensi. Destruktivitas dan kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
c)      Berakar
Cara yang ideal adalah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas dengan orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi dan berhubungan dengan dunia. Cara yang tidak sehat untuk berakar ialah dengan memelihara ikatan-ikatan sumbang masa kanak-kanak dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang teguh pada keamanan ikatan-ikatan keibuan. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui hubungan anak-ibu dan memasukan seluruh kelompok keluarga. Dengan mepertahankan ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusiaan yang terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.


d)     Perasaan identitas
Manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasannya tentang dia, siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma, nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar menemukan semacam identitas.
e)      Kerangka orientasi
Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis yang objektif tentang dunia. Yang terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan orang sendiri. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan. Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal ini, meyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia, peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya. Tentu saja, suatu kerangka subjektif juga memberikan suatu gambaran dunia. Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan khayalan tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya.

Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Abraham Maslow mulai mengenalkan psikologi humanistik sebagai sesuatu yang besar yang lebih penting daripada teori yang dibuatnya. Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
  1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
  2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirearki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Maslow mengembangkan gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hirearki kebutuhan:
a)      Kebutuhan fisiologis, Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini juga, termasuk kebutuhan untuk menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan juga, ada kebutuhan untuk aktif, istirahat, tidur, untuk melepaskan diri dari yang tidak dibutuhkan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), untuk menjaga agar tidak sakit dan untuk memenuhi seks.
b)      Kebutuhan rasa aman, Kalau kebutuhan fisiologis sudah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan kedua ini muncul. Anda akan semakin ingin menemukan situasi dan kondisi yang aman, stabil dan terlindung. Anda perlahan-lahan akan menginginkan struktur dan tatanan. Sebaliknya, jika kebutuhan lapisan kedua ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan pada persoalan lapar dan haus, tapi pada rasa takut dan kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa di amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam keinginan mereka yang sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yang aman, perencanaan masa pension yang matang, asuransi, dan lain sebagainya.
c)      Kebutuhan cinta dan rindu (kebutuhan untuk dimiliki atau memiliki), Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun muncul. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan lainnya. Dilihat secara negatif, anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini dapat berbentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari satu kelompok atau masyarakat.
d)     Kebutuhan harga diri, Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini, yaitu bentuk yang lemah dan yang kuat. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi. Sementara yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negatif dari kebutuhan akan harga diri ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas. Maslow membenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masalah inlah yang menjadi dasar masalah-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sering orang tidak terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta dan kerinduan.
e)     Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi manusia memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui, memahami buka saja tentang dirinya, tetapi juga diluar dirinya, aktualisasi diri. Tingkat terakhir ini agak sedikit berbeda dengan empat tingkat sebelumnya. Maslow menyebut tingkat ini dengan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai lawan dari motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan untuk ada (being-needs) atau B-Needs (sebagai lawan dari D-Needs). B-Needs adalah kebutuhan untuk aktualisasi-diri. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini tidak memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat untuk terus-menerus mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk “menjadi apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yang sempurna, menjadi “Anda” yang sebenarnya. Oleh karena itulah kebutuhan ini disebut aktualisasi-diri.
Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Di dalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh. Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”.
Peranan positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positif regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
a)      Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b)      Kehidupan eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c)      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d)     Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e)      Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.

Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan merinci fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Contoh Kasus :
1.                  Erick Fromm
Doni sangat menuruti perkataan orangtuanya karena mereka sangat otoriter. Sejak kecil Doni mengikuti semua perintah dan arahan orangtuanya mulai dari hal kecil seperti pemilihan teman sampai pemilihan sekolah. Hingga pada saat memilih jurusan kuliah Doni mengalami kebingungan karena orangtuanya ingin dia menjadi dokter sedangkan Doni ingin menjadi arsitek. Saat itulah Doni menemukan keberanian dan jati dirinya dan menjelaskan keinginannya untuk menjadi arsitek kepada orangtuanya sehingga orangtuanya pun mengerti dan mengizinkan Doni mengambil jurusan yang disukainya. Doni pun lulus sarjana dalam waktu 4 tahun dan menjadi seorang arsitek yang handal dan terkenal.
2.                  Abraham Maslow
Dina merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara. Kakak-kakaknya sudah menikah dan tidak tinggal dengannya, dirumah dia hanya bersama ibunya karena ayahnya sudah tiada. Suatu hari dia bertemu Dito ditempat kerjanya, Dina merasa nyama saat bersama dengan Dito dan merasa mendapatkan kasih sayang yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dina pun ingin menikah dengan Dito karena merasa sudah cocok serta umur Dina yang sudah menginjak 30 tahun sehingga harus segera memiliki anak karena jika ditunda maka kehamilan menjadi beresiko. Dan juga Dito yang ingin memenuhi kebutuhan biologisnya dan ingin membangun sebuah keluarga. Setelah berdiskusi dengan Dito dan keluarga maka mereka pun menikah.
3.                  Carl Rogers
Jean adalah orang yang sangat terbuka. Dia selalu menerima masukan-masukan dari orang lain serta informasi-informasi yang bagus. Jean dianggap supel oleh teman-temannya karena dia mudah bergaul dan beradaptasi baik dengan lingkungan sekitarnya maupun dengan berbagai macam tipe orang disekitarnya. Meskipun dia pernah tidak jadi di promosikan untuk naik jabatan tetapi dia tidak putus ada dan tetap optimis dan berusaha lebih baik lagi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulannya adalah bahwa teori-teori dari ketiga tokoh aliran Humanistik diatas berusaha untuk membuka cara pandang masyarakat terhadap diri mereka masing-masing dan lebih melihat diri mereka dari sisi positif yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan dibanding hanya melihat masa lalu ataupun melihat masalah-masalah dalam hidup saja.
Setelah kita mengetahui  bahwa terdapat aliran lain dalam Psikologi yang lebih memandang manusia dari segi positif, alangkah baiknya kita mulai untuk melihat diri sendiri sebagai manusia yang memiliki potensi-potensi dan merupakan pribadi yang perlu untuk dikembangkan terutama kearah positif dan menuju ke aktualisasi diri. Dibandingkan kita hanya melihat manusia dari sisi negatif seperti masalah-masalah, stress, depresi dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 1, Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika
Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 2, Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html

TUGAS 2 - KESEHATAN MENTAL


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa ilmu Psikologi memiliki 3 aliran besar yaitu Psikoanalisa, Behaviorisme dan Humanistik. Masing- masing dari aliran tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat permasalahan-permasalahan pada manusia maupun pribadi manusia itu sendiri. Seperti Psikoanalisa yang berorientasi pada masa lalu seseorang dan dorongan-dorongan dari dalam diri untuk melihat permasalahan yang dihadapi manusia. Ada pula Behaviorisme yang melihat bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar dan pengaruh lingkungan. dan juga Humanistik yang melihat manusia dari potensi-potensi yang dimiliki serta aktualisasi diri, memandang manusia dari sisi positif sehingga sering juga dikenal dengan Psikologi Positif. Karena itu pula aliran Humanistik berbeda dengan kedua aliran lainnya yang lebih melihat manusia dari sisi negatif. Disini yang akan saya bahas adalah mengenai aliran Humanistik tersebut.
  1. Rumusan Masalah
1.                  Teori-teori dari Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
2.                  Contoh kasus dari teori-teori Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
  1. Tujuan
1.                  Mengetahui dan memahami teori dari Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
2.                  Mengetahui contoh kasus dari teori Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers

BAB II
PEMBAHASAN

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini yang kita ketahui bidang psikologi selalu menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya penyebab orang mengalami gangguan jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress, dan lain-lain. Yang selalu berhubungan dengan sisi negatif seseorang. Tetapi terdapat aliran dalam Psikologi yang disebut Humanistik atau Psikologi Positif yang lebih menekankan apa yang benar atau baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah atau buruk. Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah satu tokoh dari aliran ini yaitu Abraham Maslow mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia, kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick Fromm mengembangkan teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia. Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun penelitian ini telah banyak dikritik.
Erich Fromm
Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Menurut Fromm kepribadian sebagai yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi perkembangan spesies manusia. Fromm menulis, “Kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan masyarakat di mana kita hidup”. Karena kekuatan-kekuatan sosial dan kultural begitu penting, Fromm percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat (masa lampau dan sekarang) supaya memahami struktur anggota-anggota individu dalam masyarakat itu. Jadi kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah kepribadian manusia. Sebagaimana halnya kebudayaan, maka akan demikian juga halnya individu. Apakah sebagian kepribadian itu sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif. Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan :
a)      Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita mengetahui bahwa kita masing-masing terpisah sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan. Beberapa cara adalah destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya konstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Dengan menundukan diri, orang tidak lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya, dengan memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya. Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia adalah melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan sesuatu perasaan integritas dan individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak, cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
b)      Trasendensi
Erat hubungannya dengan kebutuhan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila seseorang tidak mampu menjadi kreatif, kebutuhan akan transendensi harus dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah destruktivitas. Destruktivitas, misalnya kreativitas, merupakan suatu keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki seseorang, yakni menciptakan atau membinasakannya, mencintai atau membenci, tidak ada cara-cara lain untuk mencapai transendensi. Destruktivitas dan kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
c)      Berakar
Cara yang ideal adalah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas dengan orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi dan berhubungan dengan dunia. Cara yang tidak sehat untuk berakar ialah dengan memelihara ikatan-ikatan sumbang masa kanak-kanak dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang teguh pada keamanan ikatan-ikatan keibuan. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui hubungan anak-ibu dan memasukan seluruh kelompok keluarga. Dengan mepertahankan ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusiaan yang terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.


d)     Perasaan identitas
Manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasannya tentang dia, siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma, nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar menemukan semacam identitas.
e)      Kerangka orientasi
Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis yang objektif tentang dunia. Yang terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan orang sendiri. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan. Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal ini, meyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia, peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya. Tentu saja, suatu kerangka subjektif juga memberikan suatu gambaran dunia. Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan khayalan tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya.

Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Abraham Maslow mulai mengenalkan psikologi humanistik sebagai sesuatu yang besar yang lebih penting daripada teori yang dibuatnya. Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
  1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
  2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirearki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Maslow mengembangkan gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hirearki kebutuhan:
a)      Kebutuhan fisiologis, Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini juga, termasuk kebutuhan untuk menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan juga, ada kebutuhan untuk aktif, istirahat, tidur, untuk melepaskan diri dari yang tidak dibutuhkan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), untuk menjaga agar tidak sakit dan untuk memenuhi seks.
b)      Kebutuhan rasa aman, Kalau kebutuhan fisiologis sudah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan kedua ini muncul. Anda akan semakin ingin menemukan situasi dan kondisi yang aman, stabil dan terlindung. Anda perlahan-lahan akan menginginkan struktur dan tatanan. Sebaliknya, jika kebutuhan lapisan kedua ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan pada persoalan lapar dan haus, tapi pada rasa takut dan kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa di amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam keinginan mereka yang sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yang aman, perencanaan masa pension yang matang, asuransi, dan lain sebagainya.
c)      Kebutuhan cinta dan rindu (kebutuhan untuk dimiliki atau memiliki), Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun muncul. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan lainnya. Dilihat secara negatif, anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini dapat berbentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari satu kelompok atau masyarakat.
d)     Kebutuhan harga diri, Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini, yaitu bentuk yang lemah dan yang kuat. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi. Sementara yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negatif dari kebutuhan akan harga diri ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas. Maslow membenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masalah inlah yang menjadi dasar masalah-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sering orang tidak terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta dan kerinduan.
e)     Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi manusia memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui, memahami buka saja tentang dirinya, tetapi juga diluar dirinya, aktualisasi diri. Tingkat terakhir ini agak sedikit berbeda dengan empat tingkat sebelumnya. Maslow menyebut tingkat ini dengan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai lawan dari motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan untuk ada (being-needs) atau B-Needs (sebagai lawan dari D-Needs). B-Needs adalah kebutuhan untuk aktualisasi-diri. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini tidak memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat untuk terus-menerus mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk “menjadi apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yang sempurna, menjadi “Anda” yang sebenarnya. Oleh karena itulah kebutuhan ini disebut aktualisasi-diri.
Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Di dalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh. Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”.
Peranan positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positif regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
a)      Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b)      Kehidupan eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c)      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d)     Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e)      Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.

Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan merinci fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Contoh Kasus :
1.                  Erick Fromm
Doni sangat menuruti perkataan orangtuanya karena mereka sangat otoriter. Sejak kecil Doni mengikuti semua perintah dan arahan orangtuanya mulai dari hal kecil seperti pemilihan teman sampai pemilihan sekolah. Hingga pada saat memilih jurusan kuliah Doni mengalami kebingungan karena orangtuanya ingin dia menjadi dokter sedangkan Doni ingin menjadi arsitek. Saat itulah Doni menemukan keberanian dan jati dirinya dan menjelaskan keinginannya untuk menjadi arsitek kepada orangtuanya sehingga orangtuanya pun mengerti dan mengizinkan Doni mengambil jurusan yang disukainya. Doni pun lulus sarjana dalam waktu 4 tahun dan menjadi seorang arsitek yang handal dan terkenal.
2.                  Abraham Maslow
Dina merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara. Kakak-kakaknya sudah menikah dan tidak tinggal dengannya, dirumah dia hanya bersama ibunya karena ayahnya sudah tiada. Suatu hari dia bertemu Dito ditempat kerjanya, Dina merasa nyama saat bersama dengan Dito dan merasa mendapatkan kasih sayang yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dina pun ingin menikah dengan Dito karena merasa sudah cocok serta umur Dina yang sudah menginjak 30 tahun sehingga harus segera memiliki anak karena jika ditunda maka kehamilan menjadi beresiko. Dan juga Dito yang ingin memenuhi kebutuhan biologisnya dan ingin membangun sebuah keluarga. Setelah berdiskusi dengan Dito dan keluarga maka mereka pun menikah.
3.                  Carl Rogers
Jean adalah orang yang sangat terbuka. Dia selalu menerima masukan-masukan dari orang lain serta informasi-informasi yang bagus. Jean dianggap supel oleh teman-temannya karena dia mudah bergaul dan beradaptasi baik dengan lingkungan sekitarnya maupun dengan berbagai macam tipe orang disekitarnya. Meskipun dia pernah tidak jadi di promosikan untuk naik jabatan tetapi dia tidak putus ada dan tetap optimis dan berusaha lebih baik lagi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulannya adalah bahwa teori-teori dari ketiga tokoh aliran Humanistik diatas berusaha untuk membuka cara pandang masyarakat terhadap diri mereka masing-masing dan lebih melihat diri mereka dari sisi positif yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan dibanding hanya melihat masa lalu ataupun melihat masalah-masalah dalam hidup saja.
Setelah kita mengetahui  bahwa terdapat aliran lain dalam Psikologi yang lebih memandang manusia dari segi positif, alangkah baiknya kita mulai untuk melihat diri sendiri sebagai manusia yang memiliki potensi-potensi dan merupakan pribadi yang perlu untuk dikembangkan terutama kearah positif dan menuju ke aktualisasi diri. Dibandingkan kita hanya melihat manusia dari sisi negatif seperti masalah-masalah, stress, depresi dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 1, Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika
Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 2, Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html

TUGAS 2 - KESEHATAN MENTAL


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Kita mengetahui bahwa ilmu Psikologi memiliki 3 aliran besar yaitu Psikoanalisa, Behaviorisme dan Humanistik. Masing- masing dari aliran tersebut memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam melihat permasalahan-permasalahan pada manusia maupun pribadi manusia itu sendiri. Seperti Psikoanalisa yang berorientasi pada masa lalu seseorang dan dorongan-dorongan dari dalam diri untuk melihat permasalahan yang dihadapi manusia. Ada pula Behaviorisme yang melihat bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari proses belajar dan pengaruh lingkungan. dan juga Humanistik yang melihat manusia dari potensi-potensi yang dimiliki serta aktualisasi diri, memandang manusia dari sisi positif sehingga sering juga dikenal dengan Psikologi Positif. Karena itu pula aliran Humanistik berbeda dengan kedua aliran lainnya yang lebih melihat manusia dari sisi negatif. Disini yang akan saya bahas adalah mengenai aliran Humanistik tersebut.
  1. Rumusan Masalah
1.                  Teori-teori dari Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
2.                  Contoh kasus dari teori-teori Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
  1. Tujuan
1.                  Mengetahui dan memahami teori dari Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers
2.                  Mengetahui contoh kasus dari teori Erick Fromm, Abraham Maslow dan Carl Rogers

BAB II
PEMBAHASAN

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa dan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini yang kita ketahui bidang psikologi selalu menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan jiwa seseorang, misalnya penyebab orang mengalami gangguan jiwa, mengapa orang bisa mengalami stress, dan lain-lain. Yang selalu berhubungan dengan sisi negatif seseorang. Tetapi terdapat aliran dalam Psikologi yang disebut Humanistik atau Psikologi Positif yang lebih menekankan apa yang benar atau baik pada seseorang, dibandingkan apa yang salah atau buruk. Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme.
Salah satu tokoh dari aliran ini yaitu Abraham Maslow mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat. Psikologi positif berhubungan dengan penggalian emosi positif, seperti bahagia, kebaikan, humor, cinta, optimis, baik hati, dan sebagainya. Beberapa Psikolog Humanistik, seperti Abraham Maslow, Carl Rogers, dan Erick Fromm mengembangkan teori dan praktek yang melibatkan kebahagiaan manusia. Baru-baru ini teori yang dikembangkan oleh para psikolog humanistik ini telah menemukan dukungan empiris dari studi oleh para psikolog positif, meskipun penelitian ini telah banyak dikritik.
Erich Fromm
Erich Fromm lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan sosiologi di University Heidelberg, Frankfurt, dan Munich. Menurut Fromm kepribadian sebagai yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-kanak dan juga oleh kekuatan-kekuatan historis yang telah mempengaruhi perkembangan spesies manusia. Fromm menulis, “Kita adalah orang-orang yang harus menjadi sesuai dengan keperluan-keperluan masyarakat di mana kita hidup”. Karena kekuatan-kekuatan sosial dan kultural begitu penting, Fromm percaya bahwa perlu menganalisis struktur masyarakat (masa lampau dan sekarang) supaya memahami struktur anggota-anggota individu dalam masyarakat itu. Jadi kodrat masyarakat adalah kunci untuk memahami dan mengubah kepribadian manusia. Sebagaimana halnya kebudayaan, maka akan demikian juga halnya individu. Apakah sebagian kepribadian itu sehat atau tidak sehat tergantung pada kebudayaan yang membantu atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan manusia yang positif. Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan :
a)      Hubungan
Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita mengetahui bahwa kita masing-masing terpisah sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan. Beberapa cara adalah destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya konstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Dengan menundukan diri, orang tidak lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya, dengan memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya. Cara yang sehat untuk berhubungan dengan dunia adalah melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan sesuatu perasaan integritas dan individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak, cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
b)      Trasendensi
Erat hubungannya dengan kebutuhan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila seseorang tidak mampu menjadi kreatif, kebutuhan akan transendensi harus dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah destruktivitas. Destruktivitas, misalnya kreativitas, merupakan suatu keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki seseorang, yakni menciptakan atau membinasakannya, mencintai atau membenci, tidak ada cara-cara lain untuk mencapai transendensi. Destruktivitas dan kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
c)      Berakar
Cara yang ideal adalah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas dengan orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi dan berhubungan dengan dunia. Cara yang tidak sehat untuk berakar ialah dengan memelihara ikatan-ikatan sumbang masa kanak-kanak dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang teguh pada keamanan ikatan-ikatan keibuan. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui hubungan anak-ibu dan memasukan seluruh kelompok keluarga. Dengan mepertahankan ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusiaan yang terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.


d)     Perasaan identitas
Manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasannya tentang dia, siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma, nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar menemukan semacam identitas.
e)      Kerangka orientasi
Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis yang objektif tentang dunia. Yang terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan orang sendiri. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan. Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal ini, meyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia, peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya. Tentu saja, suatu kerangka subjektif juga memberikan suatu gambaran dunia. Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan khayalan tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya.

Abraham Maslow
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada tanggal 1 April 1908. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orangtua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Abraham Maslow mulai mengenalkan psikologi humanistik sebagai sesuatu yang besar yang lebih penting daripada teori yang dibuatnya. Abraham Maslow mengatakan bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
  1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
  2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirearki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan psikologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya. Maslow mengembangkan gagasan ini lebih lanjut dan dikenal dengan sebutan hirearki kebutuhan:
a)      Kebutuhan fisiologis, Ini termasuk kebutuhan akan oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, dan lainnya seperti mineral dan vitamin. Ini juga, termasuk kebutuhan untuk menjaga PH agar seimbang dan suhu yang sesuai. Dan juga, ada kebutuhan untuk aktif, istirahat, tidur, untuk melepaskan diri dari yang tidak dibutuhkan ( CO2, keringat, air kencing, dan kotoran ), untuk menjaga agar tidak sakit dan untuk memenuhi seks.
b)      Kebutuhan rasa aman, Kalau kebutuhan fisiologis sudah diperhatikan, barulah lapisan kebutuhan kedua ini muncul. Anda akan semakin ingin menemukan situasi dan kondisi yang aman, stabil dan terlindung. Anda perlahan-lahan akan menginginkan struktur dan tatanan. Sebaliknya, jika kebutuhan lapisan kedua ini dilihat secara negatif, perhatian anda akan terfokus bukan pada persoalan lapar dan haus, tapi pada rasa takut dan kecemasan. Dikalangan orang-orang dewasa di amerika, kebutuhan ini akan terwujud dalam keinginan mereka yang sangat kuat untuk tinggal berdekatan dengan tetangga yang baik, pekerjaan yang aman, perencanaan masa pension yang matang, asuransi, dan lain sebagainya.
c)      Kebutuhan cinta dan rindu (kebutuhan untuk dimiliki atau memiliki), Ketika kebutuhan fisiologis dan rasa aman sudah terpenuhi , kebutuhan lapisan ketiga pun muncul. Anda mulai merasa butuh teman, kekasih, anak dan bentuk hubungan berdasarkan perasaan lainnya. Dilihat secara negatif, anda akan semakin mencemaskan kesendirian dan kesepian. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan ini dapat berbentuk keinginan untuk menikah, memiliki keluarga, menjadi bagian dari satu kelompok atau masyarakat.
d)     Kebutuhan harga diri, Setelah itu kita akan mencari harga diri. Maslow mengatakan bahwa ada dua bentuk kebutuhan terhadap harga diri ini, yaitu bentuk yang lemah dan yang kuat. Bentuk yang lemah adalah kebutuhan kita untuk dihargai orang lain, kebutuhan terhadap status, kemuliaan, kehormatan, perhatian, reputasi, apresiasi bahkan dominasi. Sementara yang kuat adalah kebutuhan kita untuk percaya diri, kompetensi, kesuksesan, independensi dan kebebasan. Bentuk kedua ini lebih kuat karena sekali didapat kita tidak melepaskannya, berbeda dengan kebutuhan kita akan penghargaan orang lain. Bentuk negatif dari kebutuhan akan harga diri ini adalah rendah diri dan kompleks inferioritas. Maslow membenarkan Adler ketika mengatakan bahwa masalah inlah yang menjadi dasar masalah-masalah psikologis. Di Negara-negara modern, sebagian besar orang hanya mementingkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Sering orang tidak terlalu memedulikan kebutuhan mereka akan cinta dan kerinduan.
e)     Kebutuhan aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk mengenal realita. Jadi manusia memiliki keinginan yang kuat untuk mengetahui, memahami buka saja tentang dirinya, tetapi juga diluar dirinya, aktualisasi diri. Tingkat terakhir ini agak sedikit berbeda dengan empat tingkat sebelumnya. Maslow menyebut tingkat ini dengan istilah berbeda-beda: motivasi pertumbuhan (sebagai lawan dari motivasi devisit), kebutuhan-kebutuhan untuk ada (being-needs) atau B-Needs (sebagai lawan dari D-Needs). B-Needs adalah kebutuhan untuk aktualisasi-diri. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri ini tidak memerlukan penyeimbangan atau homeostatis. Sekali diperoleh, dia akan terus dirasakan. Kebutuhan-kebutuhan ini mencakup hasrat untuk terus-menerus mewujudkan potensi-potensi diri, keinginan untuk “menjadi apa yang anda bisa”. Kebutuhan ini lebih merupakan persoalan menjadi yang sempurna, menjadi “Anda” yang sebenarnya. Oleh karena itulah kebutuhan ini disebut aktualisasi-diri.
Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung. Latar belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Konsep diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku. Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Di dalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh. Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”.
Peranan positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari positif regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
a)      Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
b)      Kehidupan eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c)      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d)     Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e)      Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.

Rogers menegaskan bahwa secara alami kecenderungan aktualisasi akan menunjukkan diri melalui rentangan luas tingkah laku, yaitu :
1) Tingkah laku yang berakar pada proses fisiologis, termasuk kebutuhan dasar (makana, minuman, dan udara), kebutuhan mengembangkan dan merinci fungsi tubuh serta generasi.
2) Tingkah laku yang berkaitan dengan motivasi psikologis untuk menjadi diri sendiri.
3) Tingkah laku yang tidak meredakan ketegangan tetapi justru meningkatkan tegangan, yaitu tingkah laku yang motivasinya untuk berkembang dan menjadi lebih baik.
Rogers menggambarkan 5 ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya sebagai berikut :
1) terbuka untuk mengalami (openess to experience);
2) hidup menjadi (existential living);
3) keyakinan organismik (organismic trusting);
4) pengalaman kebebasan (experiental freedom);
5) kreativitas (creativity)
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Contoh Kasus :
1.                  Erick Fromm
Doni sangat menuruti perkataan orangtuanya karena mereka sangat otoriter. Sejak kecil Doni mengikuti semua perintah dan arahan orangtuanya mulai dari hal kecil seperti pemilihan teman sampai pemilihan sekolah. Hingga pada saat memilih jurusan kuliah Doni mengalami kebingungan karena orangtuanya ingin dia menjadi dokter sedangkan Doni ingin menjadi arsitek. Saat itulah Doni menemukan keberanian dan jati dirinya dan menjelaskan keinginannya untuk menjadi arsitek kepada orangtuanya sehingga orangtuanya pun mengerti dan mengizinkan Doni mengambil jurusan yang disukainya. Doni pun lulus sarjana dalam waktu 4 tahun dan menjadi seorang arsitek yang handal dan terkenal.
2.                  Abraham Maslow
Dina merupakan anak terakhir dari 4 bersaudara. Kakak-kakaknya sudah menikah dan tidak tinggal dengannya, dirumah dia hanya bersama ibunya karena ayahnya sudah tiada. Suatu hari dia bertemu Dito ditempat kerjanya, Dina merasa nyama saat bersama dengan Dito dan merasa mendapatkan kasih sayang yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dina pun ingin menikah dengan Dito karena merasa sudah cocok serta umur Dina yang sudah menginjak 30 tahun sehingga harus segera memiliki anak karena jika ditunda maka kehamilan menjadi beresiko. Dan juga Dito yang ingin memenuhi kebutuhan biologisnya dan ingin membangun sebuah keluarga. Setelah berdiskusi dengan Dito dan keluarga maka mereka pun menikah.
3.                  Carl Rogers
Jean adalah orang yang sangat terbuka. Dia selalu menerima masukan-masukan dari orang lain serta informasi-informasi yang bagus. Jean dianggap supel oleh teman-temannya karena dia mudah bergaul dan beradaptasi baik dengan lingkungan sekitarnya maupun dengan berbagai macam tipe orang disekitarnya. Meskipun dia pernah tidak jadi di promosikan untuk naik jabatan tetapi dia tidak putus ada dan tetap optimis dan berusaha lebih baik lagi.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulannya adalah bahwa teori-teori dari ketiga tokoh aliran Humanistik diatas berusaha untuk membuka cara pandang masyarakat terhadap diri mereka masing-masing dan lebih melihat diri mereka dari sisi positif yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan dibanding hanya melihat masa lalu ataupun melihat masalah-masalah dalam hidup saja.
Setelah kita mengetahui  bahwa terdapat aliran lain dalam Psikologi yang lebih memandang manusia dari segi positif, alangkah baiknya kita mulai untuk melihat diri sendiri sebagai manusia yang memiliki potensi-potensi dan merupakan pribadi yang perlu untuk dikembangkan terutama kearah positif dan menuju ke aktualisasi diri. Dibandingkan kita hanya melihat manusia dari sisi negatif seperti masalah-masalah, stress, depresi dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 1, Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika
Feist, Jess & Feist, Gregory J. (2012). Teori Kepribadian (Buku 2, Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika
http://www.psychologymania.com/2011/09/mazhab-dan-aliran-dalam-psikologi.html